Rabu, 24 November 2010

Dicari ..., Pasar Potensial Produk Litbang Rumah Instan Sederhana (Risha)

Risha (singkatan dari Rumah Instan Sederhana Sehat), merupakan teknologi konstruksi. Sebuah teknologi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, yang menawarkan kecepatan, efisiensi, ramah lingkungan dan fleksibilitas dalam desain dan pembangunan. Produk Risha sudah hampir berusia 5 tahun, sejak diluncurkan akhir tahun 2004. Produk ini merupakan varian teknologi beton pra cetak, yang berguna sebagai konstruksi utama bangunan gedung.

Dalam perkembangan Risha, ada sedikit ketidakpastian dalam penggunaan definisi istilahnya. Ketika sebuah bangunan disebut sebagai Risha, tidak serta merta merupakan bangunan rumah tinggal. Sebagai contoh bangunan di dusun Babusalam dan Akar-akar, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dua bangunan ini memakai keseluruhan komponen utama Risha, akan tetapi bukan merupakan bangunan rumah tinggal. Sehingga terdapat pertanyaan, sejauh mana sebuah bangunan disebut Risha? Apakah keseluruhan paket komponen terpasang pada bangunan, maka bangunan akan disebut sebagai Risha, atau hanya menggunakan sebagian komponen utama sudah dapat disebut sebagai Risha? Atau sebuah rumah dengan komponen Risha baru dapat disebut sebagai Risha.

Gambar 1

Risha di Dusun Babusalam

Sumber: dokumentasi penulis

Definisi istilah diperlukan untuk menentukan target group dari konsumen. Kalau istilah Risha hanya sebagai definisi komponen struktur bangunan, maka lebih tepat sosialisasi dan promosi Risha diarahkan kepada kontraktor dan penggiat konstruksi. Sedangkan jika istilah itu merujuk kepada bangunan rumah, maka target group konsumen akan lebih tepat diberikan kepada pengembang dan penggiat properti.

Awal Keberadaan Risha

Masalah awal dimunculkannya teknologi Risha adalah adanya backlog perumahan. Teknologi ini diyakini penemu dapat menyediakan rumah layak huni yang murah, cepat pembangunan dan hemat bahan. Karakteristik dari komponen Risha menurut penemu berasal dari permainan anak lego. Mempedomani istilah sederhana, komponen utama Risha dapat berperan sebagai balok, kolom maupun sloof/ pondasi. Sebagai komponen partisi penutup dinding, Produk standar Risha, dalam buku panduan mengenai Risha yang dikeluarkan Puslitbang Permukiman, memakai lembaran tripleks atau bahan sejenis. Mengefisienkan modul ukuran standar pabrik dalam penggunaannya. Menggunakan penutup atap asbes dan penutup lantai pc abu – abu ukuran 20x20.

Produk Risha mendapat momen promosi dan aplikasi, ketika terjadi gempa dan tunami di NAD, yang menyebabkan banyak penduduk kehilangan rumah tinggal. Dengan disepakatinya penggunaan Risha sebagai rumah oleh IOM, sebuah lembaga internasional yang menangani masalah kemanusiaan. Risha di NAD dikenal masyarakat penerima bantuan sebagai rumah IOM. Sebagai bentuk bantuan, Risha dapat diterima masyarakat. Risha memenuhi kebutuhan luas rumah, menyediakan rumah sehat, kuat, dan cepat. Kekurangan yang dikemukakan penerima bantuan adalah masalah peruangan. Kebutuhan dapur dan privasi kurang dapat diakomodir rumah bantuan, sehingga menimbulkan benturan identitas komunitas lokal.

Gambar 2

Risha di Nangroe Aceh Darusalam

Sumber : dokumentasi penulis

Kebutuhan konsumen

Konsumen properti cenderung untuk lebih memperhatikan fungsi penataan ruang dan tampilan bangunan berdasarkan pertimbangan budaya dan pengetahuan, daripada pilihan konstruksi dan struktur. Pilihan konstruksi lebih banyak diserahkan pada pihak kontraktor. Masyarakat yang mendapat sosialisasi mengenai Risha, umumnya mengajukan pertanyaan berkaitan dengan harga, bagaimana untuk mendapatkan (Risha), dan masalah hak cipta atau paten produk.

Sebagai sebuah produk, Risha dapat dikategorikan masuk tahap pengenalan produk. Sehingga, perlu ada pembedaan aspek yang akan diperkenalkan dan kepada siapa kelebihan itu ditonjolkan. Untuk kekuatan dan keinstanan (kemudahan pasang sistem knock down) serta fleksibilitas desain akan lebih berguna ditawarkan kepada pihak kontraktor. Masalah pemasangan komponen, tukang memerlukan pelatihan sebelumnya, sehingga perlu ada usaha berkelanjutan dalam alih teknologi.

Kepada masyarakat, adalah lebih berguna untuk menekankan pada aspek biaya dari konstruksi ini. Aspek biaya ini perlu menjadi perhatian, jika benar ingin menempatkan Risha sesuai cita – cita awal. Yaitu sebagai rumah sederhana. Karena berdasarkan penelitian, masyarakat menengah bawah menilai produk Risha relatif mahal. Sehingga posisi Risha saat ini masih merupakan varian rumah hunian, belum menjadi rujukan pilihan konsumen.

Pengembangan Produk

Pengembangan produk secara masal/publik akan dapat lebih “menjual”. Dilihat dari sudut pandang promosi dan kemudahan mendapatkan komponen. Hal ini disebabkan masih belum banyaknya kontraktor Risha. Selain itu karakteristik komponen merupakan tipe produk industrial. Yaitu membutuhkan bahan mentah, antara lain baja, semen kemudian menjadi bahan baku, yaitu tiga komponen utama dan menjadi produk jadi dalam bentuk bangunan. Investasi alat cetak untuk pembangunan tunggal akan menambah biaya pembangunan.

Berdasarkan pemantauan penulis, untuk permintaan pembangunan Risha ke Puslitbang Permukiman, akan direferensikan ke pihak kontraktor. Sedangkan untuk pengembangan di daerah timur mengandalkan Balai Puslitbang Permukiman yang ada di Denpasar Bali. Keterjangkauan pelayanan pembangunan Risha baru meliputi wilayah tertentu saja. Sebagai gambaran, seorang kawan membangun rumah di Yogyakarta menggunakan Risha, harus mendatangkan komponen Risha dari Bandung. Sehingga diperlukan motivasi lebih, untuk daerah yang tidak terdapat kontraktor Risha.

Masih sulitnya masyarakat mencari kontraktor Risha, dikuatirkan akan menampilkan citra eksklusif pada produk ini. Hal ini tidak baik, mengingat cita-cita Risha untuk rumah sederhana. Citra Risha sebagai produk pemerintah, juga belum dapat dilepaskan. Karena pasar belum banyak menangkap potensi dari produk Risha. Motivasi pengembangan masih dari Puslitbang Permukiman. Niat Departemen Pekerjaan Umum untuk mengembangkan produk litbang ini juga belum terlihat jelas.

Gambar 3

Risha di Sumatera Selatan

Sumber : dokumentasi tim peneliti Balai Sosekkim

Strategi Pemasaran Risha

Pencirian Risha sebagai rumah darurat, sebaiknya tidak dilakukan, mengingat waktu pemasangan tidak secepat tenda darurat. Dan bahan komponen relatif tidak ringan, misal dibandingkan dengan rumah kayu. Dapat dipertimbangkan ciri rumah transisi, walau harus diperhitungkan juga konsekuensi dari ciri yang dimunculkan.

Target konsumen atau kepemilikan perlu ditentukan. Risha sebagai barang pribadi atau barang milik publik. Untuk menjadi barang pribadi perlu dipikirkan strategi pengembangannya, karena produk ini relatif masih mahal. Strategi ini bisa diterjemahkan dalam rencana komersialisasi produk yang komprehensif dan antar sektor.

Sebagai catatan akhir adalah, perlu optimalisasi aspek instan dan sederhana. Instan kepada kontraktor dan sederhana kepada masyarakat penghuni dan calon penghuni Risha.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008, Laporan Akhir Kajian Sosek Pengembangan Rumah Instant Sederhana Sehat (Risha) , Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Bidang Permukiman, Yogyakarta.

Anonim, 2007, Kajian Manfaat Sosial Ekonomi Risha, Balai Pemberdayaan Bidang ke-PU-an, Yogyakarta.

Anonim, 2005 RISHA, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Bandung.

Tidak ada komentar:

Cepat Merespons Pandemi, Platform Manajemen Kota Perlu Disiapkan untuk Hadapi Situasi Disrupsi

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------...