Versi Cetak
dapat melalui
1. http://diandracreative.com/book-116-perubahan_iklim_di_perkotaan.html
2. http://www.kawanbuku.com/buku-3564-perubahan_iklim_di_perkotaan.html
3. pesan melalui: pracastino@gmail.com, untuk jogja dan sekitarnya bebas ongkos kirim, di luar jogja ditambah ongkos kirim Rp. 5000
Versi PDF
dapat melakukan pemesanan melalui: pracastino@gmail.com
Tampilkan postingan dengan label perubahan iklim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perubahan iklim. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 09 Mei 2015
Kamis, 01 Januari 2015
Pengukuran, Penilaian dan Rekomendasi Strategi Menghadapi Perubahan Iklim Sektor Permukiman
telah dipublikasikan di majalah Dinamika Riset Balitbang Kementerian PU Pera, edisi terakhir tahun 2014 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Strategi adaptasi yang
kemudian diterjemahkan ke dalam sub sasaran (tahun 2012-2014 dan 2015-2020),
memunculkan program-program kegiatan. Untuk menjaga konsistensi sensitifitas terhadap
isu perubahan iklim dan ketepatan penerima manfaat pelaksanaan program kegiatan,
maka saat pembuatan rencana kegiatan dan program (baik disiapkan oleh
pemerintah atau pemerintah kota/kabupaten), perlu didahului kegiatan pengukuran
di tingkat rumah tangga dan komunitas, terutama di wilayah yang memerlukan
penanganan terkait kerentanan terhadap perubahan iklim.
Pembangunan infrastruktur
tidak dapat lepas dari pengelolaan kondisi alam. Salah satu isu yang menjadi
bahan pertimbangan terkait dengan adanya perubahan iklim. Akibat perubahan
iklim di Indonesia yang berhasil di identifikasi (Bappenas, 2013) terkait dengan
suhu permukaan, curah hujan, suhu permukaan laut, tinggi muka laut, serta kejadian
iklim dan cuaca ekstrem, yang terkait dengan kejadian banjir, kekeringan, badai
tropis, kenaikan muka air laut, peningkatan abrasi, dan ketidakpastian musim.
Reaksi terhadap
perubahan iklim dibagi dua yaitu mitigasi dan adaptasi. Adaptasi sendiri dibagi
juga menjadi dua (DNPI, 2010) yaitu terencana dan spontan. Bentuk adaptasi yang terencana seperti pengembangan
sarana prasarana untuk kesehatan, contoh yang dapat diberikan, misalnya
tingkat layanan kesehatan, termasuk layanan air bersih, sanitasi, toilet. Untuk
adaptasi yang spontan yaitu pembangunan seperti biasa (bussiness as usual), dan jugaterutama terkait dengan kearifan lokal.
Contoh kearifan lokal yang telah diidentifikasi seperti pada tabel berikut.
Kearifan
lokal
|
Aktivitas
|
Lokasi
|
Anjir dan handil
|
Konversi rawa ke agrikulture
|
Banjarmasin (Kalsel)
|
Larangan rimbo
|
Preservasi hutan, tanah dan dan air
|
Sumatera Barat
|
Larangan banda
|
||
Larangan lubuk
|
Penetapan wilayah daerah aliran sungai
|
Tapanuli Selatan (Sumut)
|
Awing-awing
|
Manajemen hutan dan preservasi sejalan dengan
manajemen atau konservasi air
|
Bali
|
Repong damar
|
Lampung
|
|
Penghulu rimbo
|
Jambi
|
|
Hutan tutupan
|
Kalimantan Selatan
|
|
Hutan kemenyan
|
Sumatera Utara
|
|
Hutan nagari
|
Sumatera Barat
|
|
Awig-awing
|
Manajemen dan proteksi sumber daya air
|
Lombok (NTB)
|
Eras eniut
|
Tabel 1. Kearifan lokal
Sumber
ICCSR-WR dalam DNPI, 2010
Pembangunan infrastruktur
yang responsif perubahan iklim, secara startegis telah diakumulasi di dalam
produk hukum Permen PU No.11/PRT/M/2012 tentang Rencana dan Aksi Nasional
Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim tahun 2012-2020. Dalam produk hukum tersebut,
terdapat beberapa strategi adaptasi yang terkait sektor permukiman,misalnya
peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh, penataan kembali kawasan
permukiman kumuh di perkotaan, penyediaan infrastruktur kawasan permukiman di
perkotaan, penyediaan infrastruktur kawasan permukiman di daerah rawan bencana
dan beberapa strategi lainnya.
Lingkungan
strategis terkait penanganan kerentanan terhadap perubahan iklim di bidang
permukiman (Presentasi Mochamad.A, 2014), antara lain mencakup aspek rancangan
permukiman yang ramah lingkungan, penataan dan pemanfaatan properti publik,
kepemilikan umum warga, modal sosial dan fasilitas umum serta khusus. Tantangan
yang dihadapi dalam pembangunan yang tanggap perubahan iklim, terbagi menjadi
dua yaitu pembangunan berbasis kesektoran dan kewilayahan. Karakter wilayah yang
ada dapat digunakan dalam menentukan dan merumuskan strategi adaptasi yang
akurat dan efektif. Strategi adaptasi dapat berisi intervensi
kebijakan atau rekayasa sosial dan teknologi. Strategi adaptasi dibangun dari
hasil analisis mendalam yang dilakukan terkait aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan. Strategi adaptasi diimplementasikan ke dalam program dan kegiatan,
terutama dengan menggunakan jalur partisipatif, yaitu contoh terbaiknya adalah
kegiatan musyawaran perencanaan
pembangunan (Musrenbang).
Balai Litbang Sosekling
Bidang Permukiman menginisiasi penyusunan pedoman untuk mengukur, menilai dan
menyusun rekomendasi terkait dengan pengelolaan infrastruktur khususnya air
minum terkait dengan perubahan iklim. Pedoman ini dilengkapi dengan kuesioner dan
aplikasi software, yang terdiri dari
pengukuran kemampuan adaptasi di tingkat rumah tangga, komunitas dan
kelembagaan.
Pengembangan kemampuan/
kapasitas mengacu pada Capacity
Development IndicatorsUNDP/GEF
Resource Kit, 2013, yaitu pada tingkat individu, difokuskan pada perubahan
sikap dan perilaku. Metode penyampaian dilakukan dengan pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Pilihan utama adalah program
partisipatif dengan tujuan peningkatan kinerja melalui perubahan manajemen, pembangkitan
motivasi, menaikkan akuntabilitas dan tanggungjawab. Pengembangan kemampuan
organisasi dititikberatkan pada kinerja dan fungsi kemampuan. Pelaksanaannya
dengan mengembangkan pedoman, alat, perintah dan sistem manajemen (informasi),
dengan tujuan pengembangan individu dan kelompok serta hubungan dengan pihak
luar. Pengembangan kemampuan pada sistem dilakukan dengan pengelolaan
lingkungan secara umum sehingga kondusif. Lingkungan yang dimaksud terkait
dengan kondisi ekonomi, peraturan/kebijakan dan aspek legal, hubungan
kelembagaan dan mekanisme akuntabilitas. Juga terkait dengan hubungan proses
antar lembaga, baik formal maupun informal.
Pada tingkat individu/ rumah
tangga pengukuran dilakukan untuk tingkat pendidikan,pendapatan,pengetahuan di
tingkat rumah tangga tentang perubahan iklim,persepsi di tingkat rumah tangga
tentang perubahan iklim,perilaku individu menghadapi perubahan iklim, perilaku
kolektif rumah tangga dalam penggunaan air minum sehari-hari, dan perilaku
penggunaan air saat musim langka air.Pengukuran di tingkat komunitas terkait
dengan kearifan lokal komunitas,pengelolaan air minum saat musim langka air di
komunitas,keterlibatan komunitas dalam organisasi,kepemimpinan di komunitas,
dan keberadaanorganisasi di komunitas. Untuk pengukuran kemampuan adaptasi di
tingkat kelembagaan, terkait dengan jaringan dalam kelembagaan,ketersediaan
informasi dalam kelembagaan,kesepakatan program dalam kelembagaan, dan manfaatdalam
kelembagaan.
Pengukuran didahului dengan
tahap persiapan, yang terdiri dari kegiatan penetapan tujuan, penetapan
wilayah, pengenalan karakteristik wilayah, pengenalan karakteristik dan jumlah
subjek yang akan di ukur, penyusunan variabel, indikator, dan satuan data,
pengenalan metode dan instrumen yang digunakan. Penetapan tujuan pengukuran,
didasarkan pada isu-isu startegis, kebijakan nasional, masalah-masalah atau
kesenjangan yang terjadi antara harapan dan kenyataan.Pelaksanaan pengukuran
dibagi dalam dua kegiatan yaitu pengisian instrumen pengukuran (yang berupa kuesioner
atau aplikasi software) dan pengolah
data.
Gambar 1. Interface
Program Pengukuran
Pengolahan
data dilakukan dengan langkah-langkah editing
data, pengkodean data, pengelompokkan
data,entri data, dan terakhir dengan memberikan penilaianberdasarkan pada 3 variabel
(kapasitas adaptasi, sensitifitas dan paparan) dibandingkan dengan 3 parameter,
yaitu:high vulnerability (kerentanan
tinggi), moderate vulnerability
(kerentanan sedang) dan highly resilient
(tangguh). Hasil pengukuran dilanjutkan dengan pemberian makna atas informasi
hasil olahan data yang ditampilkan. Dengan menggunakan aplikasi software pengguna dimudahkan dalam
mengelola dan membaca hasil pengukuran.
Hasil
pengukuran yang telah tersedia dilanjutkan dengan upaya meningkatkan kemampuan
adaptasi masyarakat. Alternatif strategi peningkatan disesuaikan dengan
indikator penilaian dan parameter hasil penilaian. Misalnya untuk indikator
persepsi dengan parameter hasil rentan perlu dilakukan Pelibatan media dengan
konteks kondisi lokal, menyadarkan kebutuhan kondisi perubahan iklim. Parameter
sedang diberikan rekomendasi menyiapkan fasilitas air minum mendukung kelayakan
hidup sehat. Untuk kondisi tangguh diberikan rekomendasi memberikan apresiasi
terhadap persepsi lingkungan, menghadapi perubahan iklim. Satu contoh lain
terkait dengan indikator perilaku penggunaan air sehari-hari, untuk kondisi
parameter rentan diberikan alternatif penanganan yaitu pembentukan pola tingkah
laku, dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku
yang diharapkan muncul. Untuk parameter sedang dengan metodenya dengan
mengamati seorang, kemudian mencontohkan tingkah laku sang model. Sedang pada
parameter tangguh rekomendasinya adalah,menjaga kondisi perilaku penggunaan air
sehari.
Pedoman
Kapasitas Adaptasi Masyarakat Menghadapi Perubahan
Iklim yang
dilengkapi dengan aplikasi software,dan
sedang dikembangkan Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman ini, akan
memiliki kegunaan yang optimal apabila benar-benar digunakan sebagai acuan bagi
pemerintah, pemerintah kabupaten/kota, dalam melaksanakan pengukuran, penilaian
dan rekomendasi pengelolaan kapasitas adaptasi masyarakat menghadapi perubahan
iklim, terutamapada sektor permukiman.
Referensi
DNPI, 2010, Adaptation Science and Policy Study:
Book-1 Final Report
Mochamad A, 2014, paparan,Catatan Tambahan
dalam Diskusi: Konsep Pedoman Pengukuran Kapasitas Adaptasi
NDP/GEF, 2013,Capacity Development
IndicatorsNDP/GEF Resource Kit
Rabu, 21 Mei 2014
PENYUSUNAN MODEL INDEKS KAPASITAS ADAPTASI MASYARAKAT DAERAH RENTAN AIR MINUM TERKAIT DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
------------------------------------------------------------------------------------------------------------Yudha
Pracastino Heston1),
Kerangka
pikir dari peneltian ini akan dijabarkan secara singkat melalui poin persiapan,
pelaksanaan dan penyajian berikut
1 Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Bidang Permukiman,
Alamat Jl. Laksda
Adisucipto No.165 Yogyakarta. Telp/fax (0274) 555205/546978
[line kosong (10pt)]
[line kosong (10pt)]
ABSTRAK
Hasil Penelitian Balai Litbang Sosekling Bidang
Permukiman di Tahun Anggaran 2012, menghasilkan rumusan penghitungan kemampuan
adaptasi di berbagai tingkat entitas masyarakat. Kapasitas adaptasi yang
dimiliki dapat diukur, dan perlu kemudian untuk ditingkatkan. Perhatian perlu
dilihat terutama di daerah yang memiliki tingkat kerentanan air dan sanitasi
yang terkait perubahan iklim. Penelitian dilakukan di lokasi dengan
pertimbangan karakter wilayah berkelimpahan air dan berkekurangan air. Tujuan
penelitian adalah tersusunnya Model kesiapan Adaptasi Perubahan Iklim oleh
Masyarakat dalam sektor Air Minum yang merupakan dasar untuk penyusunan
strategi adaptasi. Model yang dihasilkan setelah dikoreksi dan diujikan, dapat
diberlakukan pada karakter masyarakat yang memiliki wilayah dengan kelimpahan
air dan kekurangan air. Model yang diujikan di tahun dengan lengkap
menggambarkan perubahan iklim dan kesiapan masyarakat, terkait dengan tiga
variabel kapasitas adaptif, sensitifitas dan paparan.
Kata kunci: model, perubahan iklim, air, komunitas
ABSTRACT
Research
result in adaptability formulation at various levels of the public entity, find
that adaptive capacity can be measured, and then need to be
improved. Attention needs to be seen, especially in areas that have high
levels of water and sanitation vulnerabilities related to climate
change. The study was conducted in consideration of the character of the
area locations with abundant water and water shortage. The purpose of the
study is the formulation of Model readiness Community Climate Change Adaptation
in the Water sector is the basis for the preparation of adaptation
strategies. Models produced after corrected and tested, can be applied to
the character of the people who have a region with an abundance of water and
lack of water. The model is tested on the year with a complete describe
climate change and community preparedness, the three variables associated with adaptive capacity, sensitivity and exposure.
Keywords: model,
climate change, water, community
1.
PENDAHULUAN
[line kosong (10pt)]
Perubahan iklim terkait perubahan presipitasi dan
tinggi muka air laut dan menyebabkan kualitas dan pengolahan air di perkotaan,
intrusi air garam, dapat terjadi lebih sering terjadi dan mengkontaminasi air
tanah dan permukaan hal ini dapat mengurangi suplai air minum dan menyebarkan
polutan berbahaya melalui sistem pengelolaan air. Hasil
Penelitian Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman di Tahun Anggaran 2012,
menghasilkan rumusan penghitungan kemampuan adaptasi di berbagai tingkat
entitas masyarakat. Kapasitas adaptasi yang dimiliki dapat diukur, dan perlu
kemudian untuk ditingkatkan. Perhatian perlu dilihat terutama di daerah yang
memiliki tingkat kerentanan air dan sanitasi yang terkait perubahan iklim.
Penelitian
dilakukan di lokasi dengan pertimbangan karakter wilayah berkelimpahan air dan
berkekurangan air. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa wilayah yang
tidak diambil sebagai lokasi penelitian akan berada di antaranya. Lokasi
penelitian pada tahun 2012, wilayah berkelimpahan air adalah Palembang dan
wilayah berkekurangan air adalah Kupang dan Gunungkidul. Lokasi penelitian pada
tahun 2013, wilayah berkelimpahan air adalah Solo dan wilayah berkekurangan air adalah Serang dan Makassar.
Permasalahan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian adalah,
masih terbatasnya teori yang dapat menjelaskan fenomena kesiapan dan kerentanan
perubahan iklim dari sisi sosial kemasyarakatan. Maksud penelitian adalah untuk
menyusun model kesiapan Adaptasi Perubahan Iklim oleh Masyarakat. Tujuan
penelitian adalah tersusunnya Model kesiapan Adaptasi Perubahan Iklim oleh
Masyarakat dalam sektor Air Minum yang merupakan dasar untuk penyusunan
strategi adaptasi.
Tinjauan
Pustaka
Hasil peneltian ITB (2012) tentang Adaptive Capacity to Climate Change
in Lembata, Sikka, and Timur Tengah Utara (TTU) tentang Indikator keterampilan
dan pengetahuan dalam memecahkan bencana iklim, memperlihatkan bahwa masyarakat
TTU yang pernah mendapatkan pelatihan manajemen bencana di tahun 2010 oleh
Lembaga Analisis Ekonomi (IDEA), Yogyakarta, bekerja sama dengan Flores
Institute Resources for Development (FIRD) pada tahun 2010 membuat mereka mulai
mengerti tentang sistem informasi penanggulangan bencana dan didukung oleh
kearifan lokal di wilayah itu. Namun, karena
tingkat keterampilan dan pengetahuan mereka masih rendah, mengakibatkan
penurunan kapasitas adaptasi mereka, sehingga dapat disimpulkan bahwa
masyarakat TTU masih rentan dalam mengatasi perubahan iklim di masa depan. Di
Palembang: Menurut Arief Anshory Yusuf dan Herminia Francisco (2009), Kota
Palembang menduduki peringkat ke 16 dari tempat (distrik) paling rentan
terhadap perubahan iklim di Asia Tenggara. Berdasarkan laporan IPCC dampak
perubahan iklim pada daerah pesisir pantai / sungai yang mempunyai resiko
paling tinggi adalah badai tropis, banjir dan meningkatnya muka air laut.
2. METODOLOGI
Prosedur pelaksanaan penelitian mulai dari perumusan masalah sampai ke
uji model, digambarkan dalam bagan
sebagai
berikut.
Analisis tematik
|
Penelitian kualitatif
|
Perumusan masalah
|
Nomologi
|
Diskriminan
|
Kovergen
|
Konsep
|
Kriteria
|
Kandungan
|
Konsistensi internal
|
Bentuk Alternatif
|
Pengujian/
Uji ulang
|
Kemampuan Generalisasi
|
Validitas
|
Keandalan
|
Skala indeks
|
Uji model
|
Instrumen adaptasi
perubahan iklim sektor air minum
|
Penelitian kuantitatif
|
Instrumen kesiapan
masyarakat
|
Faktor determinan
|
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Konsistensi Internal Instrumen: Uji coba kuesioner
dilakukan sebelum digunakan pada subjek penelitian untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas. Uji coba dilakukan terhadap kuisioner pengetahuan, kesiapan,
perilaku, dan kapasitas.
Uji tersebut menggunakan face validity yaitu: mengukur
validitas suatu kuesioner dengan meminta pendapat dari pakar. Apabila ≥ 75%
pakar menyatakan bahwa kuesioner ini valid, maka kuesioner tersebut dinyatakan
bisa digunakan, namun jika < 75%, maka kuesioner tersebut harus diperbaiki
sebelum digunakan.
Tahun 2013
Penelitian ini
dilaksanakan untuk mengvalidasi kembali model
kerentanan dalam beradaptasi menghadapi perubahan ketersediaan sumber air minum
di perkotaan yang rentan dengan perubahan iklim. Uji coba kuesioner telah dilakukan tahun 2012 dengan face validity.
Expert judgment, namun untuk memberikan keyakinan bahwa instrument yang akan diaplikasikan
kembali di tahun 2013 dinyatakan benar-benar layak. Uji
coba kuesioner dilakukan sebelum digunakan pada subjek penelitian untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan terhadap kuisioner
pengetahuan, kesiapan, perilaku, dan kapasitas. Uji tersebut menggunakan uji yang berbeda dengan tahun 2013, yaitu dengan Construct Validity, yaitu uji coba kuesioner dilakukan sebelum digunakan pada subjek
penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Uji dilakukan terhadap
30 orang responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek
penelitian. Suatu variable (pertanyaan) dikatakan valid apabila skor variable
tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Tehnik korelasi
yang digunakan adalah Korelasi Pearson
Product Moment:
Pelaksanaan
Penelitian ini
dilaksanakan di wilayah dengan status kelimpahan dan kekurangan air, dengan
tujuan untuk:
1.
Mengetahui
indeks kerentanan masyarakat dalam beradaptasi menghadapi perubahan
ketersediaan sumber air minum di perkotaan yang rentan dengan perubahan iklim
a) Membuat
penilaian dan menghitung skore terhadap indicator kerentanan
Kapasitas Adaptif
|
Penilaian
|
Menghitung Skore
|
||||
1
|
Pendidikan
|
Skore 0: Tidak Sekolah
Skore 1: SD
Skore 2: SMP
Skore 3: SMU
Skore 4: D3/PT
|
Berikan skore sesuai dengan tigkat
pendidikan responden
|
|||
2
|
Pengetahuan
|
Terdapat 11 pertanyaan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan responden tentang perubahan iklim, dengan penilaian
sebagai berikut:
a. Untuk pertanyaan favorable jika menjawab benar diberi
nilai 1 dan jika menjawab salah
diberikan nilai 0 (Nomor Pertanyaan:
2, 3, 4, 8, 9)
b. Untuk
pertanyaan unfavorable jika
menjawab benar diberi nilai 0 dan jika menjawab salah diberi nilai 1 (Nomor Pertanyaan: 1, 5, 6, 7, 10, 11).
|
Keterangan:
Skore maksimal:
11
|
|||
3
|
Persepsi
|
Terdapat 10
pertanyaan untuk mengetahui persepsi responden tentang perubahan iklim. Data
persepsi responden menggunakan skala likert:
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Kurang Setuju (KS), Sangat
Tidak Setuju (STS), dengan penilaian:
a. Untuk
pertanyaan favorable jika menjawab
SS diberi nilai 5 dan jika menjawab
STS diberikan nilai 1 (Nomor
Pertanyaan: 6 dan 8).
b. Untuk
pertanyaan unfavorable jika
menjawab SS diberi nilai 0 dan jika menjawab STS diberi nilai 1 (Nomor Pertanyaan: 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9,
dan 10).
|
Keterangan:
Skore maksimal: 10 x 50 = 50
|
|||
4
|
Kearifan Lokal
|
Terdapat 6 pertanyaan untuk mengukur
kearifan local di masyarakat.
Setiap jawaban ‘iya’ pada pertanyaan
tersebut akan diberikan skore 1 dan jika ‘tidak’ akan diberikan skore 0
|
Keterangan:
Skore maksimal: 6
|
|||
5
|
Keterlibatan Komunitas
|
Terdapat 3 pertanyaan untuk mengukur
keterlibatan komunitas.
Setiap jawaban ‘iya’ pada pertanyaan
tersebut akan diberikan skore 1 dan jika ‘tidak’ akan diberikan skore 0
|
Keterangan:
Skore maksimal: 3
|
|||
6
|
Kepemimpinan
|
Terdapat 11 pertanyaan untuk mengukur
kemampuan pemimpin dalam mengatur suatu organisasi kewilayahan.
Setiap jawaban ‘iya’ pada pertanyaan
tersebut akan diberikan skore 1 dan jika ‘tidak’ akan diberikan skore 0
|
Keterangan:
Skore maksimal: 3
|
|||
7
|
Jaringan
|
Terdapat 2 pertanyaan untuk
mengetahui upaya suatu lembaga untuk menjalin hubungan kerjasama dengan
lembaga lain.
Setiap jawaban ‘iya’ pada pertanyaan
tersebut akan diberikan skore 1 dan jika ‘tidak’ akan diberikan skore 0
|
Keterangan:
Skore maksimal: 2
|
|||
8
|
Ketersediaan Informasi
|
Terdapat 2 pertanyaan untuk mengetahui
upaya yang dilakukan suatu lembaga untuk mendapatkan informasi yang terkait
dengan penyediaan air bersih
Setiap jawaban ‘iya’ pada pertanyaan
tersebut akan diberikan skore 1 dan jika ‘tidak’ akan diberikan skore 0
|
Keterangan:
Skore maksimal: 2
|
|||
9
|
Keberadaan Organisasi
|
Terdapat 6 pertanyaan untuk
mengetahui keberadaan organisasi di suatu wilayah yang khusus dibentuk untuk
mengatur ketersediaan air di masyarakat
Setiap jawaban ‘iya’ pada pertanyaan
tersebut akan diberikan skore 1 dan jika ‘tidak’ akan diberikan skore 0
|
Keterangan:
Skore maksimal: 6
|
|||
Paparan
|
Penilaian
|
Menghitung Skore
|
||||
1
|
Pengelolaan Air Saat Musim Langka Air Tingkat
Individu
|
Terdapat 8 pertanyaan untuk
mengetahui kebiasaan atau perilaku anggota keluarga terkait dengan kesiapan
keluarga dalam menghadapi musim langka air
Setiap jawaban ‘iya’ pada pertanyaan
tersebut akan diberikan skore 1 dan jika ‘tidak’ akan diberikan skore 0
|
Keterangan:
Skore maksimal: 8
|
|||
2
|
Pengelolaan Air Saat Musim Langka Air
Tingkat Kewilayahan
|
Terdapat 4 pertanyaan untuk
mengetahui kebiasaan atau perilaku masyarakat terkait dengan kesiapan dalam menghadapi musim langka air
Setiap jawaban ‘iya’ pada pertanyaan
tersebut akan diberikan skore 1 dan jika ‘tidak’ akan diberikan skore 0
|
Keterangan:
Skore maksimal: 4
|
|||
Sensitivitas
|
Penilaian
|
Menghitung Skore
|
||||
1
|
Perilaku Penggunaan Air Sehari-hari
|
Terdapat 8 pertanyaan untuk
mengetahui kebiasaan atau perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
terkait dengan kesiapan masyarakat dalam penggunaan air sehingga dapat mencegah
dari terjadinya kesulitan air pada waktu-waktu tertentu
Setiap jawaban ‘iya’ pada pertanyaan
tersebut akan diberikan skore 1 dan jika ‘tidak’ akan diberikan skore 0
|
Keterangan:
Skore maksimal: 8
|
|||
2
|
Perilaku tentang Perubahan Iklim
|
Terdapat
11 pertanyaan untuk mengetahui kebiasaan atau perilaku masyarakat dalam menghadapi permasalahan perubahan
ketersediaan sumber daya air akibat perubahan iklim dengan penilaian sebagai
berikut:
a.
Untuk
pertanyaan favorable jika menjawab
melakukan diberi nilai 1 dan jika menjawab tidak melakukan diberikan nilai 0 (Nomor Pertanyaan: 1, 6 dan 9).
b.
Untuk
pertanyaan unfavorable jika
menjawab melakukan diberi nilai 0 dan jika menjawab tidak melakukan diberi
nilai 1 (Nomor Pertanyaan: 1, 3, 4, 5,
7, 8, 10, 11).
|
Keterangan:
Skore maksimal: 11
|
|||
3
|
Kesepakatan Program
|
Terdapat 12 pertanyaan untuk
mengetahui status keberadaan suatu rumusan dan kesepakatan kegiatan terkait
sumber air bersih dengan suatu lembaga
Setiap jawaban ‘iya’ pada pertanyaan
tersebut akan diberikan skore 1 dan jika ‘tidak’ akan diberikan skore 0
|
Keterangan:
Skore maksimal: 12
|
|||
4
|
Manfaat
|
Terdapat 5 pertanyaan untuk
mengetahui ketersediaan fasilitas sumber air bersih yang bersifat komunal
yang dibuat oleh suatu lembaga
Setiap jawaban ‘iya’ pada pertanyaan
tersebut akan diberikan skore 1 dan jika ‘tidak’ akan diberikan skore 0
|
Keterangan:
Skore maksimal: 5
|
|||
b) Menghitung indikator kerentanan pada setiap variabel yang
terdapat di dalam indicator kerentanan, dengan cara sebagai berikut:
1)
Mencari
nilai rata-rata actual (X actual) =
2)
Mencari
nilai X maksimum = mencari nilai responden yang tertinggi
3)
Mencari
nilai X minimal = mencari nilai responnden yang terendah
4)
Jika
sudah diketahui, maka hitunglah indeks kerentanan masing-masing variabel yang
terdapat di dalam indicator dengan rumus sebagai berikut:
5)
Indeks
yang telah dihasilkan, dikatergorikan kedalam 3 parameter, yaitu
Indikator
|
Ukuran
|
High Vulnerability (Kerentanan Tinggi)
|
0,00 – 0,33
|
Moderate Vulnerability (Kerentanan Sedang)
|
0,34 – 0,66
|
Highly Resilient (Tangguh)
|
0,67 – 1,00
|
6)
Membuat
kesimpulan indeks kerentanan tiap indicator dengan cara menghitung nilai
rata-rata yang telah dihasilkan di setiap variabel
i.
Rata-Rata
Kapasitas adaptif =
ii.
Rata-rata
Paparan=
iii.
Rata-rata
Sensitivitas=
c)
Mengetahui
kategorisasi atau parameter indeks kerentanan masyarakat dalam beradaptasi menghadapi perubahan
ketersediaan sumber air minum di perkotaan yang rentan dengan perubahan iklim
Dari
skore yang telah dihasilkan tiap variabel, akan dikategorikan ke dalam 3
kategori dengan menggunakan aturan normative, dengan cara sebagai berikut:
1) Mencari nilai
mean tiap variabel =
2) Mencari nilai
standar deviasi (SD)=
Keterangan:
i
=
Nilai Mean Tiap Variabel
n
= Jumlah Responden
3) Mencari skore
tiap responden (x) per variabel
4) Jika sudah
diketahui, maka nilai-nilai tersebut dimasukkan kedalam parameter sebagai
berikut:
Indikator
|
Ukuran
|
High Vulnerability (Kerentanan Tinggi)
|
(x) <
Mean - 1 SD
|
Moderate Vulnerability (Kerentanan Sedang)
|
-1 SD ≤ x ≤
Mean + 1 SD
|
Highly Resilient (Tangguh)
|
(x) >
Mean + 1 SD
|
5) Membuat
kesimpulan atau parameter indeks kerentanan masyarakat dengan menghitung nilai
prosentase pada masing-masing indicator
Prosentase
(%) =
d) Mengetahui
factor-faktor determinant yang mempengaruhi kerentanan masyarakat dalam
beradaptasi menghadapi perubahan ketersediaan sumber air minum di perkotaan
yang rentan dengan perubahan iklim
1) Melakukan
Analisis hubungan antar variabel dengan:
Analisis
korelasi untuk mengetahui derajat/keeratan hubungan dan arah hubungan dua
variabel yang hendak diteliti. Tahapan analisis korelasi:
Indikator
|
Ukuran
|
Tidak ada hubungan atau hubungan
lemah
|
0,00 – 0,25
|
Hubungan sedang
|
0,26 - 0,50
|
Hubungan kuat
|
0,51 – 0,75
|
Hubungan sangat kuat/sempurna
|
0,76 – 1,00
|
i.
Mengetahui
hubungan variabel sebab dan akibat secara signifikan atau hanya karena faktor
kebetulan dengan memperhatikan nilai siqnifikasi (Sig.
(2-tailed))= Ada hubungan jika nilai P-value < 0,05 dan tidak ada
hubungan jika nilai P-value > 0,05
ii.
Menilai
keeratan/ kekuatan hubungan: Pearson Correlation
iii.
Menilai
pola hubungan
Secara
sederhana ataus secara visual hubungan dua variabel diatas dapat dilihat dari
diagram tebar/ pencar (scatter plot) yang menunjukkan titik-titik perpotongan
nilai data dari dua variabel (X dan Y) sehingga dapat diperoleh informasi pola
hubungan variabel dan keeratan hubungan dari kedua variabel tersebut
Nilai
korelasi (r) berkisar 0 s.d 1 atau bila disertai dengan arahnya maka nilai
berkisar antara -1 s.d + 1
Hasil
|
Interpretasi
|
0
|
Tidak ada
hubungan linear
|
-1
|
Hubungan
linear negative sempurna
|
+1
|
Hubungan
linear positif sempurna
|
Hubungan
dua variabel dapat berpola positif maupun negative. Hubungan positif akan
terjadi apabila kenaikan satu diiukuti kenaikan variabel yang lain, misalnya
semakin tinggi skor pengetahuan masyarakat maka akan semakin tinggi kesiapan
mereka dalam menghadapi permasalahan perubahan ketersediaan sumber daya air
akibat perubahan iklim, sedangkan hubungan negative dapat terjadi apabila satu
variabel diikuti penurunan variabel yang lain, misalnya semakin tinggi skor
pengetahuan masyarakat maka semakin rendah kesiapan mereka dalam menghadapi
permasalahan perubahan ketersediaan sumber daya air akibat perubahan iklim.
e) Mengetahui
factor-faktor tersebut berinteraksi dan bekerja untuk menghasilkan masyarakat
yang tangguh dalam beradaptasi menghadapi perubahan ketersediaan sumber air
minum di perkotaan yang rentan dengan perubahan iklim
1) Koefisien
Determinasi (R2)
Ukuran ini sangat penting untuk
mengetahui seberapa besar variasi variabel kesiapan masyarakat dalam menghadapi
permasalahan perubahan ketersediaan sumber daya air akibat perubahan iklim (y) atau dengan kata lain R2
bertujuan untuk menentukan proporsi atau presentase total variasi dalam
variabel terikat yang diterangkan variabel bebas secara bersama-sama. Semakin besar
nilai R2 semakin baik/ semakin tepat variabel independent
memprediksi variabel dependent. Besarnya nilai R2 antara 0 s.d 1
atau antara 0% s.d 100%. Hasil perhitungan Adjusted R2 dapat
dilihat pada output Model Summary. Pada kolom Adjusted R2
dapat diketahui berapa persentase yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan sisanya dipengaruhi atau dijelaskan
oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
2) Anova (F). Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Signifikan berarti
hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi. Penggunaan tingkat
signifikansinya 5% (0,05), jika nilai probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan
terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas
terhadap variabel terikat. Namun, jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak
terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.
3) Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing
variabel. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom
sig (significance). Jika probabilitas nilai t atau signifikansi
< 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel terikat secara parsial. Namun, jika probabilitas nilai t atau
signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk
mengetahui besarnya kontribusi masing-masing variabel terhadap variabel
terikat, maka perhatikan kolom ‘t’ pada hasil analisis
f)
Menghasilkan
model kerentanan masyarakat dalam beradaptasi menghadapi perubahan ketersediaan
sumber air minum di perkotaan yang rentan dengan perubahan iklim
Tahun 2013
1.
Membandingkan
indeks kerentanan masyarakat yang diperoleh di wilayah lain, namun dengan
karakteristik kewilayahan yang sama, dengan panduan di tahun 2012
2.
Membandingkan
kategorisasi atau parameter indeks kerentanan masyarakat dalam beradaptasi menghadapi perubahan
ketersediaan sumber air minum di perkotaan yang rentan dengan perubahan iklim
dengan karakteristik kewilayahan yang sama, dengan panduan di tahun 2012
3.
Melakukan
koreksi kategorisasi atau parameter indeks kerentanan masyarakat dalam beradaptasi menghadapi perubahan
ketersediaan sumber air minum di perkotaan yang rentan dengan perubahan iklim
dengan menggunakan seluruh responden yang digunakan di tahun 2012 dan 2013.
Membuat koreksi ini menggunakan panduan di tahun 2012.
4.
Menambahkan
satu sector indicator yaitu sanitasi yang secara tidak langsung sebagai efek negatif dari perubahan
iklim. Indikator ini disajikan dalam bentuk indeks dan kategorisasi atau parameter
dari indeks yang telah dihasilkan dengan cara kerja yang sama dengan pengukuran
indeks kerentanan.
5.
Mengujikan
kembali factor-faktor determinant yang mempengaruhi kerentanan masyarakat dalam
beradaptasi menghadapi perubahan ketersediaan sumber air minum di perkotaan
yang rentan dengan perubahan iklim yang telah diperoleh di tahun 2012 dengan
cara kerja yang sama yang sama
6.
Mengujikan kembali bagaimana factor-faktor tersebut
berinteraksi dan bekerja untuk menghasilkan masyarakat yang tangguh dalam
beradaptasi menghadapi perubahan ketersediaan sumber air minum di perkotaan
yang rentan dengan perubahan iklim yang telah diperoleh di tahun 2012 dengan
cara kerja yang sama
7.
Dari
tahap E dan F, maka dihasilkan model kerentanan dalam beradaptasi menghadapi
perubahan ketersediaan sumber air minum di perkotaan yang rentan dengan
perubahan iklim.
Pembahasan
Kategorisasi/Parameter Pencapaian Indikator Kerentanan
Dari
hasil penelitian yang dilakukan selama 2 tahun yaitu 2012 dan 2013, maka
diperoleh parameter nilai yang terdapat pada setiap indicator yang dapat
digunakan untuk menentukan status kerentanan dari suatu wilayah. Berikut adalah
nilai panduan yang telah dihasilkan
No
|
Indikator
|
Indeks
Kerentanan
|
|||
Kapasitas Adaptif
|
High Vulnerability
|
Moderate Vulnerability
|
Highly Resilient
|
||
Indeks
|
Indeks
|
Indeks
|
|||
1
|
Pendidikan
|
≤ 2,77
|
2,78-5,28
|
≥ 5,29
|
|
2
|
Pendapatan
|
≤ 500.000
|
510.000-2.499.999
|
≥ 2.500.000
|
|
3
|
Pengetahuan
|
≤ 46,10
|
46,11-78,62
|
≥ 78,63
|
|
4
|
Persepsi
|
≤ 56,61
|
56,62-81,30
|
≥ 81,31
|
|
5
|
Kearifan Lokal
|
≤ 10,03
|
10,44-21,44
|
≥21,45
|
|
6
|
Keterlibatan Komunitas
|
≤ 47,56
|
47,57-70,33
|
≥ 70,34
|
|
7
|
Kepemimpinan
|
≤ 60,11
|
60,12-89,32
|
≥ 89,33
|
|
8
|
Jaringan
|
≤ 44,01
|
44,02 -70,42
|
≥ 70,43
|
|
9
|
Ketersediaan Informasi
|
≤ 34,34
|
34,35-61,97
|
≥ 61,98
|
|
10
|
Keberadaan Organisasi
|
≤ 19,41
|
19,42-54,40
|
≥ 54,41
|
|
Paparan
|
|
|
|
||
1
|
Pengelolaan Air Saat Musim Langka
Air Tingkat Individu
|
≤ 29,25
|
29,26-63,01
|
≥ 63,02
|
|
2
|
Pengelolaan Air Saat Musim Langka
Air Tingkat Kewilayahan
|
≤ 40,16
|
40,17-66,49
|
≥ 66,50
|
|
Sensitivitas
|
|
|
|
||
1
|
Perilaku Penggunaan Air Sehari-hari
|
≤ 47,88
|
47,89-83,83
|
≥ 83,84
|
|
2
|
Perilaku tentang Perubahan Iklim
|
≤ 46,54
|
46,55-77,98
|
≥ 77,99
|
|
2
|
Kesepakatan Program
|
≤ 40,89
|
40,90-55,16
|
≥ 55,17
|
|
3
|
Manfaat
|
≤ 25,85
|
25,86-60,06
|
≥ 60,07
|
|
Untuk mengukur batas kerentanan
suatu wilayah, maka skore yang diperoleh dari masing-masing responden akan di
konversi pada parameter ini. Sub-indeks menyediakan tingkatan yang berkontribusi terhadap kerentanan
sebuah komunitas. Sub-indeks didefinisikan oleh beberapa indeks konstituen dengan
mengukur pengetahuan, kekayaan masyarakat, peraturan kapasitas, dan kepekaan
untuk berubah. Indeks ini mengukur sejauh mana pengetahuan, regulasi, kesadaran, dan nilai-nilai perubahan sumber
daya air yang memungkinkan masyarakat dalam menanggapi perubahan pasokan air bersih akibat perubahan iklim. Secara kolektif indeks
ini terdiri dari sub-indeks yang menyediakan penilaian sosial, ekonomi, dan budaya kota
masyarakat. Jika dalam sub indeks ini sebagian besar masyarakat dalam suatu
wilayah berada pada high vulnerability,
maka ada kecendrungan wilayah tersebut tidak siap dan berada pada kerentanan
tinggi dalam menghadapi perubahan iklim, sebaliknya jika sebagian besar
masyarakat berada pada highly resilient,
maka wilayah tersebut telah siap dan tangguh dalam menghadapi perubahan iklim,
sedangkan jika sebagian masyarakat berada pada moderate vulnerability, maka
wilayah tersebut dianggap telah cukup siap menghadapi perubahan iklim, namun
masih perlu ada peningkatan pada beberapa sub indeks, sesuai dengan parameter
yang terdapat di wilayah tersebut.
a.
Model
Konseptual kerentanan masyarakat dalam beradaptasi menghadapi perubahan
ketersediaan sumber air minum di perkotaan yang rentan dengan perubahan iklim
Model ini dapat digunakan sebagai panduan
untuk meningkatkan status ketangguhan masyarakat dalam menghadapi perubahan
iklim dengan angka konstanta yang telah dihasilkan dalam proses penelitian
selama 2 tahun berturut-turut. Berikut adalah panduan rekomendasi yang dapat
diberikan untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam beradaptasi
menghadapi perubahan iklim yang telah disesuaikan dengan sub indeks yang
terdapat pada setiap indeks untuk pengukuran kerentanan masyarakat di perkotaan
No
|
Indikator
|
Bobot
|
Parameter
|
||
Kapasitas Adaptif
|
|
Rentan
|
Sedang
|
Tangguh
|
|
1
|
Persepsi
|
16,93
|
Pelibatan media dengan konteks
kondisi lokal, menyadarkan kebutuhan
kondisi perubahan iklim.
|
Menyiapkan fasilitas air minum
mendukung kelayakan hidup sehat.
|
Memberikan apresiasi terhadap
persepsi lingkungan, menghadapi perubahan iklim.
|
2
|
Pengetahuan
|
16,67
|
Penyuluhan ke RT/RW, kegiatan bersama dalam lingkungan dengan
mendatangkan narasumber kompeten.
|
Melaksanakan kegiatan forum peduli
lingkungan yang di dalamnya termasuk isu terkait air minum dan perubahan
iklim.
|
Memastikan terjaganya kualitas dari
sarana prasarana layanan publik.
|
3
|
Perilaku
|
16,4
|
Menggunakan kekuatan/ kekuasaan atau
dorongan
Misal : dengan adanya
peraturan-peraturan / perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota
masyarakat.
|
Pemberian informasi, engan memberikan informasi-informasi
tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan hal tertentu.
|
Diskusi partisipasi,
cara ini adalah sebagai peningkatan
cara yang kedua di atas yang dalam memberikan informasi-informasi tentang
peraturan baru organisasi tidak bersifat searah saja tetapi dua arah.
|
4
|
Kearifan Lokal
|
7,66
|
Menggali dan mencari kembali potensi
kearifan lokal yang terkait dengan pengelolaan air dan perubahan iklim.
|
Mengadakan diskusi di tingkat
lingkungan terkait dengan pengelolaan air.
|
Menstabilkan upaya dan program
termasuk acara komunitas untuk mempertahankan kearifan lokal untuk masalah
ini.
|
5
|
Keterlibatan Komunitas
|
11,83
|
Masyarakat diberikan kesempatan
untuk berpendapat dan didengar pendapatnya, dan ditingkatkan kemampuannya.
|
Komunikasi memberikan kepada
masyarakat melakukan tangapan balik (feed back).
|
Program kemitraan sejajar. Negosiasi
antara masyarakat dan pemegang kekuasaan, baik dalam hal perencanaan,
pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi.
|
6
|
Kepemimpinan
|
4,73
|
Menumbuhkan visi dan misi,
keberanian dan kemampuan kepimpinan.
|
Antisipasi masalah dengan sumber
data solusi.
|
Apresiasi, inovasi dan kreativitas.
|
7
|
Jaringan
|
9,4
|
Meningkatkan sosialisasi dan
penyuluhan.
|
Merumuskan alokasi anggaran yang
tepat.
|
Meningkatkan intensitas pertemuan
antar kelompok.
|
8
|
Ketersediaan Informasi
|
8,22
|
Penyusunan basis data informasi.
|
Analisis dan perbaikan informasi.
|
Pengembangan sistem informasi.
|
9
|
Channel
|
8,16
|
Mengkreasikan channel secara efektif
melalui peningkatan budaya kelembagaan.
|
Mengembangkan modal sosial terkait
channel pengembangan kelembagaan.
|
Meningkatkan nilai tambah keberadaan
channel.
|
Paparan
|
|
|
|
|
|
1
|
Pengelolaan Air Saat Musim Langka
Air Tingkat Individu
|
50
|
mengetahui dan memahami tentang
pekerjaan pengelolaan air saat musim langka.
|
menggerakkan organisasi secara
spesifik terkait pengelolaan air saat musim langka.
|
menerapkan dasar-dasar, asas-asas
dan pokok-pokok manajemen terkait pengelolaan air saat musim langka.
|
2
|
Pengelolaan Air Saat Musim Langka
Air Tingkat Kewilayahan
|
50
|
mengetahui dan memahami tentang
pekerjaan pengelolaan air lingkungan saat musim langka.
|
menggerakkan organisasi secara
spesifik terkait pengelolaan air di lingkungan saat musim langka.
|
menerapkan dasar-dasar, asas-asas
dan pokok-pokok manajemen terkait pengelolaan air di lingkungan saat musim
langka.
|
Sensitivitas
|
|
|
|
|
|
1
|
Perilaku Penggunaan Air Sehari-hari
|
50
|
Pembentukan pola tingkah laku dengan
memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang
diharapkan muncul.
|
Metodenya dengan mengamati
seorang kemudian mencontohkan tingkah laku sang model.
|
Menjaga kondisi perilaku penggunaan
air sehari.
|
2
|
Kesepakatan Program
|
37,9
|
Merumuskan struktur koordinasi
(jadwal, agenda, instansi yang terlibat, pembagian tugas dan wewenang,
anggaran dan hal yang terkait), sehingga tercipta koordinasi antar program
dan sektor, di setiap tahapan kegiatan melalui pertemuan berkala yang
disepakati.
|
Meningkatkan kualitas kompetensi masyarakat dan pendamping (fasilitator).
|
Pengembangan program menjadi unit
usaha komunitas, untuk menopang operasional dan pengembangan lebih lanjut.
|
3
|
Manfaat
|
12,1
|
Meningkatkan jumlah layanan dan
pelanggan yang memperbesar nilai manfaat.
|
Meningkatkan cakupan akses
penyediaan air yang lebih nyaman, kualitas lebih baik dan kemudahan akses.
|
Menjaga keberlanjutan manfaat
program
|
4.
KESIMPULAN
Model yang
dihasilkan setelah dikoreksi dan diujikan, dapat diberlakukan pada karakter
masyarakat yang memiliki wilayah dengan kelimpahan air dan kekurangan air. Model
yang diujikan di tahun dengan lengkap menggambarkan perubahan iklim dan
kesiapan masyarakat, terkait dengan tiga variabel kapasitas adaptif,
sensitifitas dan paparan.
Daftar
Pustaka
Tim Peneliti,
2012. Laporan Akhir Mitigasi dan Adaptasi
Perubahan Iklim oleh Masyarakat dalam Ketersediaan Air Minum. Balai Litbang
Sosekling Bidang Permukiman. Yogyakarta
Tim Peneliti, 2013. Laporan Akhir Peningkatan Kapasitas Adaptasi
Masyarakat Daerah Rentan Air Minum dan Sanitasi terkait Dampak Perubahan Iklim.
Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman. Yogyakarta
Langganan:
Postingan (Atom)
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK THE DEVELOPMENT AND UPGRADING OF THE STATE UNIVERSITY OF JAKARTA (PHASE 2) CIVIL WORKS (Studi Kasus Pekerjaan Pemasangan Dinding Bata Ringan)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------...
-
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------...
-
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------- telah dipresentasikan dalam...
-
Yudha P. Heston1, DR. Ir. Arya Ronald2, Diananta P., ST, MSc. PhD3 Program Studi Teknik Arsitektur Program Pasca Sarjana Universitas Gadj...