Pendekatan
peningkatan aspek sosial dan ekonomi memiliki peranan penting dalam penataan kawasan kumuh. Pernyataan ini dibuktikan dengan masuknya kebutuhan peningkatan
aspek sosial dan ekonomi dalam program-program penataan kawasan. Sebagai
contoh, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan, yang
merupakan kelanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan,
menyandingkan aspek sosial dan ekonomi, dengan aspek lingkungan atau
pembangunan infrastruktur.
Pelaksanaan
penataan kawasan kumuh di perkotaan, memiliki beberapa kendala, antara lain
adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap standar teknis bangunan, kurangjelasnya pembagian peran dan tugas dari masing-masing
pelaku (masyarakat dan pemerintah) dalam kegiatan penanganan kawasan kumuh, adanya keterbatasan informasi dan
aksesibilitas pembiayaan, lemahnya
tingkat
pemahaman serta kemauan masyarakat terhadap mekanisme dan tatacara penataan
kawasan kumuh dan kurang terintegrasinya program-program Pemerintah Daerah serta adanya keterbatasan kondisi sosial
dan ekonomi.
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Cipta
Karya mengembangakan model penanganan kawasan kumuh yang perlu terdiri dari 3
(tiga) bagian besar yaitu aspek berbagi peran-gambar 1, pendekatan-gambar 2 dan
skenario-gambar 3.

Gambar
1. Berbagi Peran (sumber
Cipta Karya)

Gambar
2. Pendekatan (sumber
Cipta Karya)
![]() |
Gambar
3. Skenario (sumber
Cipta Karya)
Koreksi terhadap model ini adalah masih adanya rasa filosofi instruksi, yaitu belum muncul bagaimana cara
membangun aspek-aspek yang terdapat di dalam model. Pendekatan yang
dipakai juga belum pada tahapan
membangun, tetapi masih berupa proyek ataupun program sehingga belum semua pelaku
(terutama di daerah) dapat terlibat. Cara
pandang model terhadap
segemen masyarakat kumuh masih terlihat atomis, dimana segmen
penduduk yang ada dianggap satu dan sama. Perubahan
dinamis kondisi
ekonomi dan sosial masyarakat, misalnya adanya resistensi atau usaha belum terlihat dalam skenario.
Peran Aspek Sosial Ekonomi.
Peran aspek sosial ekonomi pada akhirnya
adalah untuk mewujudkan kesiapan masyarakat untuk berubah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan, adanya partisipasi masyarakat berupa kontribusi
lahan bagi investasi infrastruktur dan peningkatan peran masyarakat dalam
proses penataan daerah kumuh. Gejala umum dalam mencapai tujuan ini adalaha adanya
dinamika masyarakat mulai dari penolakan, pencarian informasi sampai dengan
munculnya komitmen.
Teori pembangunan sosial ekonomi secara geografis, mengedepankan 3 (tiga) aspek utama yaitu institusi, infrastruktur dan intervensi yang
selektif
serta dipandu oleh manajemen perubahan (change management). Berdasarkan
teori tersebut, upaya peningkatan peran sosial-ekonomi dapat menggunakan empat
variable utama yaitu Institusi, peningkatan kapasitas, intervensi dan hal yang
tidak kalah penting adalah komunikasi.
Input yang diperlukan untuk keberhasilan
pengelolaan aspek sosial-ekonomi dalam penataan kawasan kumuh paling tidak terdiri
dari: penggalian potensi masyarakat, sinkronisasi program pemerintah, pengembangan
potensi kawasan, dan aplikasi kebijakan dan peraturan. Dinamika peran aspek
sosial-ekonomi dapat dilihat pada gambar 4.
![]() |
![]() |
|
||||||
![]() |
||||||||
Gambar
4.
Aspek Sosial Ekonomi dalam Penataan
Kawasan Kumuh Perkotaan
(sumber
Balai Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Permukiman)
Peran aspek sosial-ekonomi dalam Penataan
Kawasan Kumuh Perkotaan, harus dapat mengakomodasi prinsip-prinsip karya
bersama, antara pemerintah, komunitas, profesional, dan pengguna layanan dalam
mengambil keputusan, perancangan serta implementasi program bagi peningkatan
aspek sosial-ekonomi dengan menggunakan sumber daya, komitmen dan keahlian yang
tersedia; partisipatori, semua pemangku kepentingan dihargai dan merasa
berharga dalam program peningkatan aspek sosekling serta memiliki dan diberi
peluang untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kualitas sosial ekonomi
dan lingkungannya; transparansi, keterbukaan informasi baik pada proses
pengambilan keputusan serta implementasi serta evaluasi dari program serta
memastikan untuk menghilangkan hambatan untuk penyediaan informasi tersebut; akuntabel,
semua orang yang terlibat, proses yang dilalui, keputusan yang diambil, serta
program diimplementasikan, sumber daya yang dipakai serta hasil evaluasi dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan; kepatuhan, baik orang,
proses, keputusan dan tindakan dalam peningkatan kualitas aspek sosekling harus
mematuhi dan tunduk pada undang-undang, peraturan yang berlaku dengan
mempertimbangkan kearifan lokal; innovasi, dengan menggunakan cara-cara,
ide-ide yang baru dan kreatif dalam memecahkan persoalan dan mengambil
keputusan sesuai kebutuhan masyarakat dalam batas-batas peraturan dan
undang-undang serta kearifan lokal; keberlanjutan, peningkatan aspek sosial-ekonomi
yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi berikutnya dan Pembiayaan berbasis target kawasan prioritas, yaitu pembiayaan
dialokasikan pada target kawasan Prioritas tertentu untuk menghasilkan keluaran
yang signifikan dan tuntas dengan mensinkronkan semua program dan sumber daya
yang tersedia di pemerintah daerah dan pusat, swasta maupun masyarakat.
Peningkatan
Peran
Peningkatan peran aspek sosial-ekonomi dalam penataan
kawasan kumuh perkotaan dilakukan dengan mengumpulkan dan mengolah data untuk
pelaksanaan kegiatan. Kegiatan tersebut diawali dengan membuat daftar kebutuhan
data, dilanjutkan dengan melakukan pengumpulan data (misal dengan survey
kampung sendiri, dll), penggunaan data, dan melakukan pengembangan sistem
informasi sosial-ekonomi.
Rancangan kegiatan seperti terlihat dalam
gambar 5, harus memperhatikan faktor nilai tambah kegiatan, intervensi selektif
yang dipilih, kapasitas sumber daya, kemitraan, hubungan masyarakat, segment
penerima manfaat, saluran program dan komunikasi, biaya program, dan manfaat program.
Peran governansi, yaitu pengelolaan wewenang
untuk mengatur kehidupan publik dari pihak pemerintah dan masyarakat, berperan
penting dalam aspek sosial-ekonomi. Selain sebagai upaya untuk mengantisipasi
karakter dan profil psikodemografis daerah kumuh yang berbeda-beda, pola
governansi dilakukan untuk menjamin peningkatan kualitas sosial-ekonomi.

Gambar
5.
Model
Peningkatan Kualitas Sosial Ekonomi dalam Penataan Kawasan Kumuh Perkotaan
(sumber
Balai Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Permukiman)
Upaya peningkatan kapasitas governansi
pemerintah dilakukan dengan mendorong Pimpinan Daerah, untuk memberikan
komitmen dalam bentuk penetapan Kawasan Prioritas dalam peningkatan kualitas
sosial ekonomi. Memastikan adanya unit kerja di dalam Pengelola Kawasan yang
memiliki tugas pokok dan fungsi meningkatkan kualitas sosial ekonomi pada
penataan kawasan kumuh yang berwenang mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan
mengendalikan program kerja.
Peningkatan kapasitas governansi masyarakat
dapat diwujudkan dalam pemberian komitmen warga, terlibat aktif dalam
pengambilan keputusan, perencanaan, implementasi, pemeliharaan, pengawasan dan
kontribusi peningkatan kualitas sosial ekonomi pada penataan kawasan kumuh
prioritas.
Sinergitas pemerintah, masyarakat dan swasta
diwujudkan dalam struktur kemitraan, yang dapat berbentuk kerjasama operasional,
berbasis lokasi atau kerjasama berbasis sumber luar/ out source. Pembiayaan sinergitas
dapat berbentuk uang tunai maupun natura lain, yang komposisinya
mempertimbangkan efektifitas capaian tujuan program.
Untuk kemudahan pelaksanaan penataan kawasan
kumuh, Pemerintah Daeraha dapat memberikan kemudahan kepada mitra dan penerima
manfaat dalam proses perizinan usaha, dukungan fiskal dan non fiskal, dan
bentuk lainnya sesuai peraturan dan kewenangan yang ditetapkan Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah. Pada pola kemitraan yang memiliki resiko perlu diatur
hak dan kewajiban para mitra dalam sebuah perjanjian untuk mengelola
resiko.
Sebagai informasi, pada tahun anggaran 2011 Balai
Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Permukiman sedang menyusun draft Pedoman
Peningkatan Kualitas Sosial Ekonomi dalam Penataan Kawasan Kumuh Perkotaan,
sebagai pengembangan dari model Model Peningkatan Kualitas Sosial dan Ekonomi
dalam Penataan Kawasan Kumuh Perkotaan.
[1]
Balai Penelitian dan Pengembangan Sosia l Ekonomi dan Lingkungan Bidang Permukiman, Balitbang
PU
1 komentar:
keren
Posting Komentar