Perubahan iklim diidentifikasikan
oleh IPCC, 2012 sebagai perubahan dari iklim yang dapat diidentifikasi
(misalnya dengan alat statistik) yang nyata dari perubahan rata-rata dan atau
variasi kondisi yang berlangsung dalam beberapa tahun atau dekade. Perubahan
iklim dapat terjadi karena proses internal maupun tekanan eksternal, ataupun
perubahan komposisi atmosfer dan dalam penggunaan lahan. Pengaruh dari
perubahan iklim mengharuskan adanya upaya adaptasi terkait perubahan tersebut. Adaptasi
terkait perubahan iklim secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu adaptasi
dari sistem manusia dan alam. Tujuan dari upaya adaptasi adalah untuk mencapai
ketahanan dari sebuah sistem dan komponennya.
Teori lain
terkait dengan manajemen komunitas dalam menghadapi perubahan, dikemukakan
(Plester, B, dkk, 2006) dalam buku Community
Readiness. Kesiapan adalah tingkat dimana sebuah komunitas menyiapkan
sebuah tindakan terkait masalah tertentu. Sehingga kesiapan sangat terkait
dengan masalah yang dihadapi, dapat terukur, terukur dengan beberapa dimensi,
dapat bersilang antar segmen komunitas, dapat ditingkatkan, dan merupakan
pengetahuan dasar untuk pengembangan strategi dan intervensi.
Komunitas
yang terkena dampak perubahan iklim, akan dapat melihat perubahan ini dari
kemampuan mereka, untuk menyiapkan tindakan dan beradaptasi sehingga tercapai
sebuah kondisi ketahanan dari sistem komunitas dan komponennya. Upaya adaptasi
ditujukan untuk meminimalisasi pengaruh negatif perubahan iklim. Upaya ini dapat
muncul dengan sendiri (autonomous)
atau dengan melakukan perencanaan sebelumnya.
Salah
satu sistem yang terpengaruh oleh adanya perubahan iklim adalah sistem
pengelolaan air minum. Mulai dari sumber air, pengelolaan, distribusi dan
konsumsi, dapat terpengaruh adanya perubahan iklim. Berdasarkan penelitian
(Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman, 2013), yang berjudul Mitigasi dan
Adaptasi Perubahan Iklim oleh Masyarakat dalam Ketersediaan Air Minum, telah
dapat diidentifikasi faktor-faktor determinan dalam penyediaan air minum
terkait kesiapan masyarakat dalam perubahan iklim, yang dibagi menjadi 3
kelompok besar (gambar 1.).

gambar 1.
Perubahan
iklim dan Kesiapan Masyarakat
Sumber:
Kusnanto, 2011 diolah
Dalam gambar 1. dapat terlihat bahwa faktor
dampak perubahan iklim yang terkait langsung dengan kesiapan masyarakat adalah
kapasitas adaptasi. Kapasitas adaptasi akan menentukan kerangka adaptasi yang
disusun berdasarkan bukti (dapat diukur), kompetensi dan integrasi kebijakan.
Kerangka adaptasi dapat dilanjutkan dalam adaptasi yang berbasis kebutuhan
lokal. Adaptasi berbasis kebutuhan lokal dibentuk dari kesiapan masyarakat,
yang terdiri dari tiga segmen yaitu lembaga, komunitas dan keluarga atau
individu.
Kesiapan
individu dibentuk dari tujuh indikator. Indikator pertama adalah karakteristik
individu. Indikator ini terdiri dari faktor usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan. Indikator berikutnya adalah pengetahuan dan kesiapan
sikap. Indikator berikutnya terkait dengan kesiapan perilaku individu dalam
penggunaan air sehari-hari. Indikator ini dapat diuraikan dalam faktor jumlah
dan jenis air yang dimiliki keluarga, ketersediaan sumber air yang dimiliki
keluarga, kesediaan mengeluarkan biaya untuk berganti sumber air yang lebih
baik, kesediaan membayar untuk mendapatkan sumber air, kesediaan mengeluarkan
biaya untuk merawat instalasi sumber air secara rutin, perubahan sumber air
berdasarkan musim.
Indikator kelima
dalam segmen kesiapan individu terkait dengan status atau kondisi penyakit
karena masalah air. Beberapa istilah penyakit yang terkait air adalah: water-borne disease, water-washed disease,
water-base disease, water-related disease dan water-dispersed disease. Indikator selanjutnya terkait dengan kesiapan
perilaku individu dalam penggunaan air saat musim langka air yang diuraikan
menjadi faktor: terjadinya perubahan kualitas, kuantitas dan kontinuitas sumber
air, Terjadinya pembatasan penggunaan air saat musim langka air, Terjadi
kebiasaan menyimpan air, Penambahan pengeluaran biaya, Persiapan menghadapi
perubahan musim langka air, Mengurangi kegiatan saat musim langka air,
Munculnya konflik saat musim langka air, dan Menderita sakit. Indikator
terakhir terkait kesiapan individu adalah perilaku pemanfaatan air untuk usaha.
Kesiapan Komunitas dibentuk dari enam indikator. Indikator
pertama terkait dengan karakteristik
komunitas terdiri dari uraian tingkat usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, kedudukan tokoh dan lamanya menjabat di masyarakat. Indikator
berikutnya terkait dengan kearifan lokal terdiri dari uraian pengetahuan lokal, mempunyai dan menjalankan
keterampilan dan kearifan lokal, mengetahui dan menggunakan sumber air alami,
mempunyai dan mematuhi peran sosial. Indikator berikutnya yaitu pengelolaan air pada musim langka air
yang terdiri dari perubahan kualitas, kuantitas dan kontinuitas sumber air,
perbedaan cara memperoleh air, upaya mengatasi kelangkaan air, dan upaya untuk
aspek pengelolaan (tata atur). Indikator keempat yaitu keterlibatan komunitas
dalam organisasi terdiri dari uraian terlibat dalam pembuatan sarana fasilitas
umum, keinginan membayar
terhadap out put proyek, dan
terlibat dalam pemeliharaan fisik.
Indikator selanjutnya terkait kesiapan komunitas adalah kepemimpinan yang diterjemahkan
menjadi uraian mempunyai
visi, cara memilih pemimpin, cara memilih pengurus, cara mendelegasikan tugas
kepada anggota, cara pengambilan keputusan, cara berinteraksi dengan anggota,
melakukan evaluasi, dan melakukan monitoring.
Indikator terakhir dari kesiapan komunitas adalah keberadaan organisasi, yang terdiri dari
uraian (penunjukkan
pengurus organisasi, adanya aturan untuk masyarakat dalam PAB, adanya
pemeliharaan rutin sarana air bersih, adanya struktur organisasi, dan membuat
AD/ART.
Kesiapan kelembagaan di bentuk dari indikator terkait jaringan
(network), Ketersediaan informasi
yang diidentifikasikan sebagai banyaknya informasi yang diperoleh lembaga dalam
6 bulan terakhir, menyampaikan informasi kepada warga dan mudah untuk
dijangkau. Indikator selanjutnya terkait dengan saluran/ channel komunikasi
yaitu banyaknya saluran komunikasi yang ada di masyarakat dan penanganan
terhadap pengaduan memuaskan. Indikator keempat terkait dengan kesepakatan
program dan dukungan kebijakan tentang penyediaan air bersih yang terdiri dari
uraian mengikuti musyawarah, mempunyai catatan kesepakatan, mencari pendanaan,
memiliki rencana pembangunan air bersih tertulis, masyarakat mengetahui
program-program air bersih kelompok, masyarakat mengetahui program-program air
bersih pemerintah, pemerintah melakukan pembinaan, mempunyai kepercayaan
terhadap pemerintah daerah tentang PAB, puas terhadap pelayanan PAB pemerintah,
dan bersedia mematuhi kebijakan pemerintah terkait air bersih di daerah. Indikator
terakhir terkait dengan manfaat yang diuraikan sebagai: semua keluarga telah
memanfaatkan sumber air bersih komunal, layanan sumber air bersih komunal dapat
terjangkau sepanjang tahun, keinginan dan kelancaran membayar masyarakat
terhadap output fasilitas komunal, dan adanya usaha untuk menjaga ketersediaan
sumber air bersih.
Faktor-faktor kesiapan masyarakat dalam beradaptasi
menghadapi perubahan ketersediaan sumber air minum terkait perubahan iklim,
pada tingkat kesiapan individu setelah diuji secara statistik menghasilkan
empat faktor determinan, faktor tersebut adalah: pengetahuan tentang perubahan
iklim, sikap tentang perubahan iklim, perilaku tentang perubahan iklim dan
perilaku tentang penggunaan air sehari-hari. Faktor-faktor kesiapan masyarakat pada
tingkat kesiapan komunitas-kelembagaan setelah diuji secara statistik
menghasilkan faktor determinan gabungan yaitu: kesepakatan program, jaringan, kepemimpinan,
kearifaan lokal, saluran (channel), ketersediaan informasi, community action plan dan manfaat fasilitas komunal.
Manfaat ditemukannya faktor – faktor determinan dalam
penyediaan air minum terkait kesiapan masyarakat dalam perubahan iklim, adalah
untuk memberikan gambaran bagi pemilik dan pengelola program terkait penyediaan
air minum untuk dapat memberikan perhatian lebih terhadap faktor tersebut,
sehingga masyarakat dapat memiliki kesiapan lebih, dalam menghadapi perubahan
iklim terkait air minum.
Daftar Pustaka
IPCC, 2012, Managing The Risks of Extreme Events and Disasters To Advance Climate
Change Adaptation, Special Report of the Intergovernmental Panel on Climate
Change, NewYork, USA
Plester, B, dkk, 2006, Community Readiness, Colorado, USA
Tim Peneliti Balai Litbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang
Permukiman, 2012, Laporan Akhir Mitigasi
dan Adaptasi Perubahan Iklim oleh Masyarakat dalam Ketersediaan Air Minum,
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar