Kamis, 31 Mei 2018

IDENTIFIKASI MASALAH TATA KELOLA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) TERPUSAT DI KABUPATEN BANDUNG

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 telah diterbitkan di Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 57 - 63

Balai Penelitian dan Pengembangan Penerapan Teknologi Permukiman
Jl. Laksda Adisucipto No.165 Yogyakarta. Telp/fax (0274) 555205/546978

ABSTRACT
Domestic pollution is controlled by improving governance aspect of waste water treatment (known as IPAL) located at the upstream area of Citarum Watershed. Nevertheless, the amount of IPAL as well as their conditions are still far from ideal. This research was conducted to answer "In order to prevent river contamination, what are governance problems of IPAL located at the upstream of Citarum Watershed?" This research investigated problems based on three main categories, which are regulation, financial and institutional aspect which covered instrument and function. This research used purposive sampling method by interviewing key actors of governance of IPAL and IPLT (specific waste water treatment for mud and feces) who had knowledge and understood governance's main categories, including its regulation, funding, instrument and function. This research's conclusion and recommendations are connected with existence of IPAL and its governance.
Keywords: river, pollution, waste water, institutions, governance
ABSTRAK
Pengendalian pencemaran sektor domestik dengan pembangunan dan perbaikan tata kelola instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di hulu DAS Citarum telah dilakukan. Namun jumlah dan kondisi IPAL terutama IPAL domestik masih jauh dari harapan. Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan, apa saja masalah tata kelola IPAL di hulu DAS Citarum dalam upaya mencegah pencemaran sungai? Penelitian dilakukan dengan menggunakan tiga kategori utama, yaitu regulasi, finansial, dan kelembagaan yang terdiri dari instrumen serta fungsi. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu informan kunci pengelola IPAL dan IPLT yang memahami regulasi, pedanaan serta instrumen dan fungsi yang ada dalam tata kelola. Kesimpulan dan rekomendasi yang diambil terkait dengan keberadaan IPAL dan tata kelola kelembagaan.
Kata Kunci: sungai, pencemaran, air limbah, tata kelola

PENDAHULUAN
Sungai Citarum telah tercemar berat, sehingga daya dukung lingkungan atau daya tampung beban pencemaran airnya telah terlampaui. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi air limbah domestik dan industri (Iskandar A. Yusuf, 2017). Daerah resapan bukan hanya berkurang di bagian hulu melainkan juga di tengah Citarum. Kondisi ini menyebabkan fenomena ekstrim, yaitu ketika musim kemarau terjadi kekeringan, dan sebaliknya pada musim hujan terjadi banjir disertai dengan buruknya kualitas air (Setiawan Wangsaatmaja, 2006). Bantaran sungai digunakan untuk perumahan secara tidak tepat. Lahan untuk permukiman dan industri dalam sembilan tahun terakhir bertambah sampai 161% (Siliwangi. Bani, 2014). Kemudian terjadi kerusakan dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan krikil. Sungai Citarum pun tercatat mengalami sedimentasi hingga 10 juta meter kubik per tahun, dengan total sedimen yang masuk ke muara Sungai Citarum sebesar 1,79 x 106 ton/tahun (Paryono, 2017).
Masalah selanjutnya adalah pencemaran limbah industri dan sampah domestik seperti plastik dan kotoran manusia juga kotoran ternak. Data menunjukkan bahwa Citarum hulu menerima beban karbon organik terdegradasi sampai dengan 200.000 ton/hari dari penduduk dan 100.000 ton/hari dari industri (Eko Harsono, 2010). Bidang peternakan, pertanian, dan lain-lain membebani Citarum dengan pencemaran masing-masing 12,58 ton, 3,01 ton, dan 6,5 ton BOD per hari. Dari total beban pencemaran 453,21 ton BOD per hari, angka pencemaran sektor domestik berkontribusi terhadap lebih dari separuh beban pencemaran tersebut. Dengan kondisi demikian, kualitas air menurun dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang).
Wujud pengendalian pencemaran sektor domestik adalah dengan pembangunan dan perbaikan tata kelola instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT). Namun jumlah dan kondisi IPAL domestik masih jauh dari harapan. Pemerintah sedang dalam tahap perencanaan pembangunan IPAL domestik di Kota Cimahi. Dari segi kebutuhan, IPAL domestik juga perlu dibangun di Kopo Sayati, Cilampeni-Soreang, Rancaekek, dan Majalaya. IPAL-IPAL baru tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menunjang fungsi IPAL domestik yang sudah berdiri seperti IPAL Bojongsoang. IPAL ini berlokasi di desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Instalasi ini beroperasi sejak 1992 dan uji coba pengolahan dilaksanakan pada bulan Oktober 1992.
Selain IPAL domestik dan IPLT tinja, warga bantaran hulu Sungai Citarum juga memerlukan IPAL komunal. Sarana ini hendaknya didirikan di tiap kecamatan dengan jumlah seluruhnya mencapai 63 instalasi. Di Kecamatan Majalaya misalnya, pemerintah telah menyiapkan pembangunan IPAL komunal senilai Rp 127 miliar untuk dua zona yang meliputi enam desa. Zona pertama untuk 2.670 sambungan rumah dan zona kedua 5.624 rumah. Total daya tampung limbah IPAL komunal ini mencapai 2.700 meter kubik per hari. Sebagian warga ada yang kurang peduli terhadap Sungai Citarum beserta sarana IPAL di sekitarnya. Sehingga tak mengherankan jika hingga kini masih ditemukan buangan rumah tangga yang mengotori aliran Sungai Citarum. Akibat lainnya peralatan dan kolam stablisasi IPAL ikut mengalami kerusakan.
Faktor yang tidak kalah penting adalah faktor kelembagaan dalam pengelolaan IPAL-IPLT itu sendiri. Terkait kelembagaan, sejauh ini belum terdapat lembaga resmi yang mengelola secara profesional dan berkesinambungan IPAL-IPLT. Dengan demikian mekanisme dan prosedur penyelenggaraan juga belum optimal. Standard operational procedure (SOP) teknis dan administratif untuk pengelolaan air limbah juga belum dimiliki atau belum dijalankan dengan baik. Dari sisi regulasi, pengelolaan IPAL –IPLT juga belum diatur secara komprehensif. Buruknya Kelembagaan ini menjadi salah satu faktor yang menjadikan rantai layanan sanitasi tersebut terputus. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan, apa saja masalah tata kelola IPAL di hulu DAS Citarum dalam upaya mencegah pencemaran sungai?



TULISAN LENGKAP KARYA TULIS ILMIAH, DAPAT MENGAKSES MELALUI TAUTAN BERIKUT:


http://jurnalsosekpu.pu.go.id/index.php/sosekpu/article/view/181

MENGUNDUH FORMAT PDF:

http://jurnalsosekpu.pu.go.id/index.php/sosekpu/article/view/181/pdf


UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih peneliti ucapakan kepada Chitra Widyasani Putri, Nur Alvira Pasca Wati, Sinta Rahmawidya Sulistyo, Andi Prasetiyo Wibowo, Arif Koes Hernawan, Yuli Kusworo, Zamyuni Kuntoro Edy, Triyana, Saeful Bakhri, Dwisanto Sayogo, atas kontribusi dan keterlibatannya di dalam penelitian Perbaikan Tata Kelola IPAL-IPLT untuk Mengatasi Pencemaran Air Baku di DAS Citarum. Sehingga dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan, naskah publikasi buku dan juga karya tulis ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA
ADB. 2009. Asian Sanitation Data Book 2008. Achieving sanitation for all. Asian Development Bank.
Brown, R. R. & Farrelly, M. A. 2009. Delivering sustainable urban water management: a review of the hurdles we face. Water Science and Technology Journal, 59, 839.
Corcoran, E. 2010. Sick water?: the central role of wastewater management in sustainable development: a rapid response assessment, UNEP/Earthprint.
Dodane, P.-H., Mbéguéré, M., Sow, O. & Strande, L. 2012. Capital and operating costs of full-scale fecal sludge management and wastewater treatment systems in Dakar, Senegal. Environmental science & technology Journal, 46, 3705-3711.
Eko Harsono, 2010. Pencirian Karbon Organik Air Sungai Citarum Hulu Dari Masukan Air Limbah Penduduk dan Industri. Jurnal Biologi Indonesia 6(2): 277-288 (2010)
Hawkins, P., Blackett, I. & Heymans, C. 2013. Poor-inclusive urban sanitation: An overview.
Hutton, G. & Haller, L. 2004. Evaluation of the costs and benefits of water and sanitation improvements at the global level.Water, Sanitation and Health Protection of the Human Environment Journal.
Iskandar A. Yusuf. 2017. Analisis Pengendalian Pencemaran Air Di Zona Hulu Sungai Citarum Dengan Model Multi Dimensional Scalling. Jurnal Sumber daya air Balai Lingkungan Keairan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Laugesen, C. H., Fryd, O., Koottatep, T. & Brix, H. 2010. Sustainable wastewater management in developing countries: new paradigms and case studies from the field, American Society of Civil Engineers (ASCE) Journal.
Massoud, M. A., Tarhini, A. & Nasr, J. A. 2009. Decentralized approaches to wastewater treatment and management: applicability in developing countries. Journal of environmental management, 90, 652-659.
Paryono. 2017. Sedimentasi Delta Sungai Citarum, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol. 1 No. 1 April 2017 : 15 - 26
Peal, A., Evans, B., Blackett, I., Hawkins, P. & Heymans, C. 2014. Fecal sludge management: a comparative analysis of 12 cities. Journal of Water Sanitation and Hygiene for Development, 4, 563-575.
Raharja. Setya. 2009. Mengimplementasikan Mckinsey’s 7s Framework Dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jurnal Pendidikan, No. 01/Th V/April/2009
Setiawan Wangsaatmaja. 2006. Permasalahan dan Strategi Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan Studi Kasus: Cekungan Bandung. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 3 September 2006: 163-171
Siliwangi. Bani. 2014, Perusakan Lingkungan Akibat Alih Fungsi Kawasan Hutan Di Hulu Sungai Citarum Menjadi Kawasan Pertanian Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 30 No. 1 Februari 2014
Tim Peneliti. 2016, Perbaikan Tata Kelola IPAL dan IPLT untuk Mengatasi Pencemaran Air Baku DAS Citarum, Laporan Akhir Penelitian, Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Permukiman
UN-Water. 2013. Water security & the global water agenda. A UN-Water analytical brief.
UN-Water. 2015. Wastewater Management-A UN-Water Analytical Brief. New York.
UNESCO. 2012. Managing water under uncertainty and risk.The United Nations World Water Development Report 4.
Varkevisser CM, Pathmanatahn I. & Brownlee A. (2003). Designing and Conducting Health Systems Research Projects. Canada: World Health Organization/International Development Research Center.
WSP 2010. The economic impacts of inadequate sanitation in India.The Water and Sanitation Program. World Bank.
----, Strategi Sanitasi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi.




Tidak ada komentar:

PENERAPAN BIM UNTUK PERBANDINGAN VOLUME DAN BIAYA KONSTRUKSI TANGGA DARURAT GEDUNG ANEX PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PERANTARAAN PASAR BARU

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------...